Tunanetra Berpartisipasi Menolak Lagu Ciptaan grup band Souqy

Kamis, Januari 15, 2015
grup band Souqy menyakitkan perasaan masyarakat yang mempunyai anak penyandang Autis.
Mereka menciptakan lagu berjudul Autis, Pada lirik-lirik lagunya terdapat kata-kata yang mengolok-olok Penyandang Autis.
Silahkan dengar sendiri
Lirik-lirik lagunya yang mengolok-olok


Mari kita dengar and lihat lansung
Mereka tidak mengerti bagaimana perasaan orang tua yang mempunyai anak yang menyandang Autis. Namun mereka telah menyakitkan perasaan orang tua penderita Autis. Mudah-mudahan grup band Souqy tersebut segera mencabut/menarik lagi lagunya yang telah beredar ditengah-tengah masyarakat. Dan sekaligus minta maaf dimedia kepada masyarakat.
Sekarang para tunanetra ikut berpartisipasi aktif menolak lagu tersebut. Banyak di Grup-grup tunanetra membahas hal tersebut; Apakah sobat Pengunjung DPC PERTUNI Kota Bengkulu tidak terpanggil untuk menolak Ejekkan yang dibuat pada lirik-lirik lagu ini?
saya yakin sobat pasti tidak menerima juga lagu itu tetap beredar ditengah-tengah kita.
sobat tahukan apa itu Autisme?
Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif yang kompleks, akibat adanya kelainan biologis dan neurologis pada otak termasuk ketidakseimbangan biokimia,
faktor genetik dan gangguan kekebalan tubuh. Hal ini ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku,komunikasi
dan interaksi sosial.

Pada umumnya penderita autisme mengacuhkan suara, penglihatan ataupun kejadian yang melibatkan mereka. Mereka menghindari atau tidak berespon terhadap
kontak sosial baik pandangan mata, sentuhan kasih sayang, bermain dengan anak lain dan sebagainya.

Jika setiap anak menikmati masa kecil yang indah dan menyenangkan serta disayang orang sekelilingnya, hal itu tidak berlaku bagi penyandang autis. Mereka
tumbuh berbeda dibanding anak sebayanya. Selain tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan sosial tak jarang menerima perlakuan yang kurang menyenangkan.

Adalah kebebasan berekspresi dan berkarya yang kebablasan ketika menjadikan autis bahan candaan. Ketika ada sekelompok individu yang sejak lahir dikaruniakan
keterbatasan dari sang Pencipta untuk terlahir sebagai autis, mereka dengan seenak perut menyebut orang normal yang cuek terhadap lingkungan sebagai autis.

Entah apa yang ada dalam pikiran grup band Souqy dengan menciptakan lagu berjudul Autis. Tidakkah sebelum menjadikan autis sebagai bahan lagu mereka, hanya
akan semakin menyebarkan anggapan dan pandangan yang keliru terhadap apa arti autis yang sebenarnya. Tahukah Bento Syauqi selaku pencipta lagu, bagaimana
perjuangan para penyandang autis dan keluarganya agar mereka bisa hidup normal dan layak sebagaimana manusia biasa lainnya.

Mengusung genre musik pop melayu dalam video klip berdurasi 4.08 menit tersebut dikisahkan seorang pria berwajah oriental yang akan bertemu dengan seorang
pujaan hatinya di sekolah. Dengan hati yang senang gembira akhirnya ia bertemu dengan perempuan yang diidamkannya.

Namun, tak seindah yang dibayangkan setelah berjumpa dengan perempuan tersebut, sang pria kecewa karena cewek itu lebih sibuk dengan aktivitas melukis,
membaca buku di perpustakaan dan aktivitas lainnya. Akhirnya si pria menyebut perempuan itu dasar autis karena merasa diabaikan sejak berkenalan.

Mari kita cermati bersama lirik lagu tersebut :
Duh senangnya hari ini pertama ku jumpa
duh asiknya hari yang ku tunggu telah tiba
namun ternyata semua tak seindah yang ku kira
sepanjang hari sama saja ku jalan sendirian
dasar kau autis, dipanggil-panggil tak rungu
dicolek-colek tak hiraukan, kau malah asik sendirian
ku banyak bicara sampai-sampai mulutku berbisa
namun kau tetap saja begitu, tetap saja asik sendirian
menyebalkan dirimu sangatlah menyebalkan
membosankan dari pagi siang hingga malam
kau abaikan, diriku tak pernah kau hiraukan
sepanjang jalan sama saja ku jalan sendirian
dasar kau autis, dipanggil-panggil tak rungu
dicolek-colek tak hiraukan, kau malah asik sendirian
ku banyak bicara sampai-sampai mulutku berbisa
namun kau tetap saja begitu, tetap saja asik sendirian
dasar kau autis, dipanggil-panggil tak rungu
dicolek-colek tak hiraukan, kau malah asik sendirian
ku banyak bicara sampai-sampai mulutku berbisa
namun kau tetap saja begitu, tetap saja asik sendirian
Sebelum menyanyikan lagu ini apakah pihak Souqy Band tidak berpikir bagaimana perasaan para penyandang autis beserta keluarganya, ketika autis dijadikan
bahan olok-olok dalam lagu mereka. Padahal siapa pun di dunia ini tidak akan pernah menginginkan anak dan saudaranya terlahir sebagai seorang autis.

Agaknya seluruh personil Souqy Band perlu bertemu dan melihat langsung bagaimana keseharian penyandang autis yang sebenarnya. Pernahkan mereka melihat
penyandang autis mengamuk hingga membenturkan kepala ke tembok karena terganggu dan orang tuanya sudah kehabisan akal untuk menenangkannya.

Atau kisah seorang anak penyandang autis yang tinggal bersama neneknya kemudian ditabrak mobil di jalan raya akibat ia lari dan tidak sadar akan bahaya
yang mengancamnya. Demikian, juga kisah orang tua yang anak autisnya seminggu tidak pulang ke rumah karena tidak tahu jalan pulang kemudian terlunta-lunta
karena tidak makan di jalanan. Lalu kisah seorang ibu rumah tangga yang harus berjuang membesarkan anak autisnya karena ditinggal pergi oleh suami karena
tidak siap menghadapi kenyataan.

Belum lagi beban sosial yang harus ditanggung akibat pandangan miring dari lingkungan sekitar terhadap anak dan keluarga penyandang autis. Mendidik anak
autis butuh perjuangan bukan hanya materi namun juga perasaan dan jiwa yang harus tegar. Tak jarang para orang tua autis selalu bertanya kepada sang Pencipta
kenapa mereka dikaruniakan anak yang spesial berbeda dari yang lain. Tahukah Souqy para penyandang autis itu sangat tidak ingin terlahir demikian, namun
semua itu diluar kehendak mereka.

Apakah Souqy Band masih nyaman menjadikan kata autis sebagai bahan ejekan dalam lagunya. Apakah semua yang terlibat dalam proses terciptanya lagu itu telah
kehilangan empati dan merasa karya yang dihasilkan itu adalah murni sebentuk hasil kreatifitas tanpa peka dengan kondisi yang ada. Semoga mereka berpikir
ulang bahwa menjadikan autis sebagai bahan ejekan dalam lagu adalah salah satu kekeliruan terbesar yang melukai perasaan banyak orang.

Mengunakan kata autis secara tidak tepat dalam lagu tersebut adalah salah satu bentuk bulying kepada para penyandangnya, juga kepada keluarganya. Bukankah
kita yang normal dan penyandang autis hidup dalam dunia yang sama. Mereka tidak butuh dikasihani, hanya perlu diberi ruang agar dapat tumbuh dengan normal
dengan keistimewaaan yang dimiliki. Stop menjadikan autis sebagai bahan candaan dan ejekan.
Teruntuk kawan-kawan yang belum mendengar lagu tersebut silahkan

Nah bagaimana perasaan sobat DPC PERTUNI Kota bengkulu mendengar lagu tersebut? Sobat rasakan punya anak atau saudara sendiri yang menyandang Autis; sakit? kesal; dan lain sebagainya.
sobat tidak suka dengan lagu tersebut beredar ditengah-tengah kita? ingin menyuruh grup band Souqy menarik lagu itu kembali?.
Sama dengan Penulis kalau begitu mari kita tanda tangani

Petisi Menuntut pihak Souqy band untuk menarik lagu Autis

Semoga kedepannya tidak ada lagi hal-hal seperti itu di Indonesia ini. Dan semoga kita bisa sama-sama menghormati Ciptaan Yang Maha Kuasa.

Tunanetra adalah mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta total) hingga mereka yang masih memiliki sisa penglihatan tetapi tidak mampu menggunakan penglihatannya untuk membaca tulisan biasa berukuran 12 point dalam keadaan cahaya normal meskipun dibantu dengan kaca mata (kurang awas / low vision). Pertuni adalah organisasi kemasyarakatan tunanetra Indonesia yang didirikan oleh sekelompok tunanetra pada tahun 1966. Pertuni bertujuan mewujudkan keadaan yang kondusif bagi orang tunanetra untuk menjalankan kehidupannya sebagai manusia dan warga negara Indonesia yang cerdas, mandiri dan produktif tanpa diskriminasi dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. Anggota Pertuni terdiri dari Anggota Biasa (orang tunanetra), Anggota Mitra Bakti (orang awas yang bersuka rela membantu kegiatan Pertuni), dan Anggota Kehormatan. Pertuni Kota Bengkulu dipimpin oleh sebuah badan eksekutif yang disebut Dewan Pengurus Cabang Pertuni yang berkedudukan di Kota Bengkulu. Badan eksekutif tersebut didampingi oleh sebuah badan konsultatif dan kepengawasan yang disebut Dewan Pertimbangan Cabang (Depercab) Pertuni.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

Untuk sobat DPC PERTUNI yang ingin bertanya atau memberikan sebuah komentar yang membangun kami persilahkan berkomentar di sini. Mari kita gunakan tutur kata yang gampang dimengerti dan jangan menghina sesama manusia. EmoticonEmoticon

Sobat Adalah Pengunjung Yang Ke